Sabtu, 06 Desember 2014

Evakuasi Daerah Terpencil Luput Dari Perhatian

Add caption
BENGKULU - Dari hasil pelatihan persiapan operasi ala kodam II Sriwijaya untuk penangulangan bencan alam gempa bumi di Bengkulu. Selama dua hari tanggal 11-12 September 2014, ternyata ada yang luput dari perhatian yaitu simulasi evakuasi korban bencana gempa bumi di daerah terpencil seperti daerah Enggano. 
Danlanal Bengkulu Letkol Laut P Amrin Rosihan yang terlibat langsung dalam latihan dimana skenarionya dimainkan seolah-olah di Bengkulu terjadi gempa bumi dengan kekuatan 7,9 skala ricter, ada beberapa daerah yang cukup parah terkenan goncangan gempa bumi yaitu di Kelurahan Teluk Sepang, Sumber Jaya di Kelurahan Kampung Melayu, di kawasan Lempuing, Pasir Putih dan di Suprapto. Sedangkan di kabupaten lain seperti Benteng, Bengkulu Utara dan Muko-muko mayoritas daerah pesisir menjadi korban bencan alam, termasuk di Kabupaten Seluma, Bengkulu Selatan dan Kaur, ternyata ada yang terlupakan yaitu masyarakat yang tinggal di Pulau Enggano yang berjumlah sekitar 3000 orang lebih. “Kami angkatan laut siap melakukan evakuasi terhadap masyarakat di Enggano bila memang terjadi bencana, hanya saja saat ini terkendala oleh perahu, saat ini perahu yang ada lima unit perahu cepat, dari 12 jam dapat ditempuh menjadi lima jam,” ujar dia kepada jurnalis, Sabtu (13/9)
Memang benar tujuan dari pelatihan yang dilaksanakan untuk menguji kesiapan prajurit dibawah jajaran kodam II Sriwijaya. “Kami dari TNI AL juga dilibatkan, selama pelatihan pertahanan instansi dilaut memang tidak ditonjolkan dan inipun gempanya disimulasikan di daratan,” ujarnya. 
Seharunya TNI angkatan laut juga ditonjolkan sebab jika bandar udara tidak bisa dimafatkan jalan putus, maka satu-satunya adalah lewat isntansi laut. “Itu adalah tugas TNI AL,” ujar dia. 
Provinsi Bengkulu ini potensi terbesar terjadi gempa bumi berada di lautan dan yang menjadi korbanya adalah mayoritas masyarakat yang tinggal disekitar pesisir pantai termasuk warga Kota Bengkulu. "Gempa bumi di Bengkulu ini biasanya sumbernya berada di bawa laut, walaupun TNI AL kurang diperankan padahal instansi ke maritiman aset tidak banyak maka kesiapsiagana isntasi maritim tidak terujikan. Kami sendiri hanya ada lima kapal patroli kecil kapasitas normal 30 orang,,” ujar dia. 
Walapun ada KRI itu bisa didatangkan dari Jakarta dan TNI berharap pelatihan kedepannya bisa dilibatkan instansi laut, baik itu Basarnas, Angkatan laut, instansi maritim sehingga bisa berperan. “Buktinya di Aceh yang bisa memndatangi pulau-pulau kecil dan memandu kapal-kapal asing adalah angkatan laut, jadi kedepannya jangan sampai TNI AL dilupakan," tutupnya. (hcr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar