RBI, BENGKULU –
Provinsi Bengkulu sedang berupaya menekan angka alih fungsi lahan untuk
mencapai swasembada pangan pada 2015. Namun langkah tersebut sepertinya
berbenturan dengan realitas yang terjadi di lapangan. Bahkan alih fungsi lahan
tersebut terus saja terjadi dalam kurun 7 bulan belakangan. Pengalihan fungsi
lahan sawah menjadi kebun kepala sawit menembus angka 10.000 hektar. Hal ini di
ungkapkan Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah beberapa waktu yang lalu.
"Data yang
dikeluarkan Badan Pusat Satatistik (BPS) hasil sensus pertanian menyembutkan
angka alih fungsi lahan hingga April 2014 menembus angka hingga 10.000 hektar,”
kata Junaidi Hamsyah kepada jurnalis belum lama ini.
Menurut Junaidi
saat dia berkomunikasi dengan kepala daerah di kabupaten/kota, untuk terus
melakukan sosilaisasi menekan pengalihan fungsi lahan sawah di daeranya
masing-masing agar tidak dijadikan lahan sawit. "Saya bersama Bupati se
Provinsi Bengkulu terus menerus mengajak masyarakat agar tidak menanami sawah
mereka dengan tanaman sawit terutama kepala daerah Kaur, Seluma dan Mukomuko
karena daerah tersebut merupakan wilayah yang paling luas pengalihan
lahanya" katanya.
Bahkan Junaidi
juga mengatakan permasalahan tersebut sudah di sampaikan ke Komisi IV DPR RI
saat anggotanya berkunjung ke Bengkulu beberapa waktu yang lalu. "Saya
sudah minta petunjuk pusat bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut
karena di tingkat daerah kita sudah berusaha mensosialisasikan untuk tidak melakukan
alih fungsi lahan namun kegiatan tersebut masih saja terjadi," jelasnya.
Junaidi juga
memaklumi pengalihan lahan yang sangat luas tersebut karena dari sisi ekonomi,
petani sawit memang lebih baik dari pada petani padi namun hal tersebut pasti
ada sebabnya. Diantaranya permasalahan irigasi yang tak kunjung selesai.
"Jika air di persawahan lancar saya kira petani tidak akan mengalih
fungsikan lahannya untuk Sawit, walapun dari sisi ekonomi lebih menjanjikan,
sebab bila semuanya menanam sawit maka dipastikan harga beras akan mahal,"
Demikian Junaidi. (hcr)